PERTEMUAN SINGKAT
Angin malam menyapa tidurku, aku terlelap akan sapaannya. Aku merasakan perjalanan yang begitu jauh entah dimana, aku sendiri tidak mengetahui keberadaan jiwaku yang sebenarnya.
Angin menghembuskan kerudungku dan belaiannya memberikan kesejukan, aku berjalan di tengah rimbunan pohon yang begitu indah yang menggugurkan daunnya seperti di musim gugur.
Aku terus berjalan di tengah indahnya musim gugur, aku berputar-putar karena merasa bahagia berada di tempat ini. Tapi aku terhenti ketika seseorang melihatku sambil tersenyum. Aku serentak kaget melihat sosok dirinya.
“Ayah…” aku berlari menghampirinya. dia tidak memalingkan lagi mukanya kepadaku dia malah berjalan lurus dan tak memandangku lagi. Aku berusaha untuk mengejarnya agar bisa berada di pangkuannya. tapi aku mendengar suara ibu yang terasa mendekat di telingaku.
“Mayla, bangun, kenapa kamu, bangun nak” sambil menggoyang-goyangkan badanku yang terbaring di atas kasur.
“Ayah…” teriakku sambil terbangun dari posisi tidur.
“Kenapa la, istigfar.. kenapa kamu, kamu mimpi ketemu ayah lagi?” tanya ibu panik.
“i..i..iya bu, aku ketemu ayah bu.. aku kangen sama Ayah bu”
“La, kamu harus sabar, kamu harus terima takdir Allah, ingat la, di dunia ini tidak ada yang kekal, semua manusia akan mengalami maut, kamu ingat itu”
“Tapi.. bu..”
“Sudah, sekarang kamu ke wc, ambil air wudhu, shalat Tahajud, ngaji Yasin khususkan untuk Ayah dan adikmu”
“Iya ibu..”
Angin menghembuskan kerudungku dan belaiannya memberikan kesejukan, aku berjalan di tengah rimbunan pohon yang begitu indah yang menggugurkan daunnya seperti di musim gugur.
Aku terus berjalan di tengah indahnya musim gugur, aku berputar-putar karena merasa bahagia berada di tempat ini. Tapi aku terhenti ketika seseorang melihatku sambil tersenyum. Aku serentak kaget melihat sosok dirinya.
“Ayah…” aku berlari menghampirinya. dia tidak memalingkan lagi mukanya kepadaku dia malah berjalan lurus dan tak memandangku lagi. Aku berusaha untuk mengejarnya agar bisa berada di pangkuannya. tapi aku mendengar suara ibu yang terasa mendekat di telingaku.
“Mayla, bangun, kenapa kamu, bangun nak” sambil menggoyang-goyangkan badanku yang terbaring di atas kasur.
“Ayah…” teriakku sambil terbangun dari posisi tidur.
“Kenapa la, istigfar.. kenapa kamu, kamu mimpi ketemu ayah lagi?” tanya ibu panik.
“i..i..iya bu, aku ketemu ayah bu.. aku kangen sama Ayah bu”
“La, kamu harus sabar, kamu harus terima takdir Allah, ingat la, di dunia ini tidak ada yang kekal, semua manusia akan mengalami maut, kamu ingat itu”
“Tapi.. bu..”
“Sudah, sekarang kamu ke wc, ambil air wudhu, shalat Tahajud, ngaji Yasin khususkan untuk Ayah dan adikmu”
“Iya ibu..”
Aku pergi ke wc untuk mengambil air wudhu, setelah itu aku melaksanakan shalat Tahajud dan berdoa. aku ambil al-Qur’an yang terletak di meja belajarku. Aku duduk di amparan sajadah yang lembut. Aku berdoa. “Ya Allah aku hadiahkan membaca surat Yasin ini untuk Ayah dan adikku yang berada di sisimu. Jauhkan Ayah dan adikku dari siksa kubur yang pahit dan kejam. Ampunilah dosa Ayahku selama di dunia, sesungguhnya dia Ayah yang baik yang senantiasa bertanggung jawab untuk menafkahi keluarganya serta memberikan tarbiah untukku, semoga adikku bisa membantu memberikan syafaat untuk keluargaku di yaumil akhir. Amiiinn…” doaku dalam hati.
Aku buka al-qur’an dan aku baca surat Yasin. Aku hayati tiap kata dari al-qur’an, sungguh menyentuh qolbi, tak terasa air mataku menetes. Aku teringat bayangan masa lalu ketika adikku baru lahir langsung memenuhi panggilan dari Allah dan Ayahku yang terkena gejala ginjal telah memenuhi panggilannya. Begitu pahit ketika aku ingat kenangan itu.
Aku buka al-qur’an dan aku baca surat Yasin. Aku hayati tiap kata dari al-qur’an, sungguh menyentuh qolbi, tak terasa air mataku menetes. Aku teringat bayangan masa lalu ketika adikku baru lahir langsung memenuhi panggilan dari Allah dan Ayahku yang terkena gejala ginjal telah memenuhi panggilannya. Begitu pahit ketika aku ingat kenangan itu.
Setelah selesai membaca surat yasin, aku tutup al-qur’an ku dan aku simpan di meja belajarku. Aku bangkit dari posisi dudukku menuju tempat tidurku. Aku lelah dengan tangisan ini. Tak terasa aku terlelap bersama tangisan ini.
Aku berjalan di tengah keramaian kota, aku berjalan sendiri, aku sendiri berjalan tanpa tujuan. Entah kemana aku harus melangkahkan kakiku. Aku punya inisiatif untuk pergi ke taman kota Tangerang. Aku ingin duduk di bawah pohon, sepertinya terasa sejuk untuk menenangkan diriku di bawah rimbunan pohon yang lebat akan daunnya serta rumput hijau yang menjadi alas dudukku.
Aku memasuki taman kota itu, aku berlari menuju pohon besar yang ada disana, aku ingin bersandar di pohon itu.
“huuu…” ku hembuskan nafasku di bawah sandaran pohon sambil memejamkan mataku. Tapi aku merasakan sebuah sentuhan lembut jatuh di kepalaku, aku buka mataku, aku kaget melihat keberadaannya.
“Ayah” serentakku kaget.
“Iya Mayla, ini ayah..” sambil tersenyum dan duduk di sampingku.
“Aku tidak bermimpi kan yah?” tanyaku pada Ayah.
“Tidak nak, kamu tidak mimpi kok”
“Ayah kenapa pergi tinggalin aku dan ibu?”
“maafkan ayah, saat itu ayah harus pergi, karena Allah telah menjemput ayah untuk pergi ke atas”
“kok bisa ke atas yah, aku tidak mengerti dengan jawaban Ayah?” tanyaku bingung. Tapi ayah tidak menjawab pertanyaanku ini.
“Mayla..” panggil Ayah.
“Iya Ayah” sahutku.
“Kamu mau kan Mesantren? Ayah ingin melihat kamu mesantren, ayah ingin kamu menjadi orang yang berguna dan tahu ilmu Agama. Kamu mau kan?”
“Iya Ayah, aku mau Mesantren”
“Mayla, jangan kecewakan ibu yah, kamu harus nurut sama ibu, buatlah ibu selalu tersenyum”
“Iya Ayah, aku tidak akan mengecewakan ibu”
“Terima kasih Mayla, Ayah bangga sama kamu. Maaf ayah tidak bisa lama menemanimu disini, ayah harus pergi”
“Ayah jangan pergi..” sambil memeluk Ayah.
“Maafkan Ayah, untuk saat ini Ayah harus pergi” sambil melepaskan pelukanku dan memegang pundakku.
“Kalau Ayah memang harus pergi, aku ikhlas Ayah”. Ayah tersenyum dengan jawabanku. Sebenarnya aku ingin menangis dengan jawabanku sendiri.
“huuu…” ku hembuskan nafasku di bawah sandaran pohon sambil memejamkan mataku. Tapi aku merasakan sebuah sentuhan lembut jatuh di kepalaku, aku buka mataku, aku kaget melihat keberadaannya.
“Ayah” serentakku kaget.
“Iya Mayla, ini ayah..” sambil tersenyum dan duduk di sampingku.
“Aku tidak bermimpi kan yah?” tanyaku pada Ayah.
“Tidak nak, kamu tidak mimpi kok”
“Ayah kenapa pergi tinggalin aku dan ibu?”
“maafkan ayah, saat itu ayah harus pergi, karena Allah telah menjemput ayah untuk pergi ke atas”
“kok bisa ke atas yah, aku tidak mengerti dengan jawaban Ayah?” tanyaku bingung. Tapi ayah tidak menjawab pertanyaanku ini.
“Mayla..” panggil Ayah.
“Iya Ayah” sahutku.
“Kamu mau kan Mesantren? Ayah ingin melihat kamu mesantren, ayah ingin kamu menjadi orang yang berguna dan tahu ilmu Agama. Kamu mau kan?”
“Iya Ayah, aku mau Mesantren”
“Mayla, jangan kecewakan ibu yah, kamu harus nurut sama ibu, buatlah ibu selalu tersenyum”
“Iya Ayah, aku tidak akan mengecewakan ibu”
“Terima kasih Mayla, Ayah bangga sama kamu. Maaf ayah tidak bisa lama menemanimu disini, ayah harus pergi”
“Ayah jangan pergi..” sambil memeluk Ayah.
“Maafkan Ayah, untuk saat ini Ayah harus pergi” sambil melepaskan pelukanku dan memegang pundakku.
“Kalau Ayah memang harus pergi, aku ikhlas Ayah”. Ayah tersenyum dengan jawabanku. Sebenarnya aku ingin menangis dengan jawabanku sendiri.
Ayah berdiri dari posisi duduknya, dia mulai melangkahkan kakinya dan pergi meninggalkanku. Perlahan sosok dirinya tidak lagi terlihat oleh kelopak mataku. Aku menundukan kepalaku. Aku menangis akan kepergiannya. Seemoga Ayah tenang di alam sana. Amiiinnn…
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar