Love Basket
Namaku Airin umurku 16 tahun. Saat ini aku
duduk di bangku SMA kelas XI tepatnya di SMA Kartini. Aku merasa sangat
beruntuntung berada di tengah keluarga yang berkecukupan dan sangat mendukungku,
baik itu sekolahku, hobiku, masa depan yang aku inginkan dan mungkin segalanya
demi kebaikanku. Hobiku bermain basket, ya.. entah kenapa aku tidak bisa lepas
dengan hal yang satu ini. Bagiku basket adalah segalanya, aku merasa bangga
menjadi kapten tim basket putri di SMA ku. Banyak kompetisi yang telah tim kami
juarai tapi untuk kompetisi yang satu ini tim ku harus menang, kompetisi ini
adalah pembuktian bagi diriku sendiri sebagai kapten baru karena aku harus
membuktikan kepada mereka bahwa aku layak menjadi kapten basket putri di
sekolah ini dan jika timku juara itu sangat keren karena kompetisi ini
bertepatan dengan ulang tahun bundaku.
Bel sekolah telah berbunyi pertanda kegiatan
belajar mengajar telah usai. Hari ini sangatlah melelahkan untukku ditambah
lagi ekstrakurikuler basket latihan nanti sore ooh... entahlah. Kulangkahkan
kakiku menuju rumah, rumah yang selalu memberiku kenyamanan lebih dari tempat
manapun.
“Assalamu’alaikum..Bunda, Airin pulang, Bundaa..” yap,
hanya bundalah yang satu-satunya aku miliki setelah ayah ku meninggal dua tahun
yang lalu.
“Wa’alaikumsalam..bagaimana hari ini? Menyenangkan?”
pertanyaan membosankan ini yang selalu kudapat setiap pulang sekolah, tapi aku
senang dengan kebiasaan Bunda ang satu ini.
“Ya begitulah, melelahkan dan sangat sangat melahkan. Oh
iya Bunda tanggal 14 Agustus nanti adalah final kompetisi basket se Provinsi,
doakan aku bunda karena ini adalah kompetisi pertamaku sebagai tim
basket,daaaaann...”
“Daan..? dan apa??” tanya Bunda penasaran
“Dan.. Airin laper Bunda hehe..” aku langsung bergegas
masuk kedalam kamar dan makan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Dengan
semangat ku langahkan kakiku ke sekolah. Untuk apa? Yap apalagi kalau bukan
basket. Ku lihat di lapangan sekolah sudah ada Putri, Sovi, Feby, Sindi dan Nindya.
“Hai.. yang lainnya mana?” sapaku pada mereka
“Zahra masih di jalan” jawab Sovi
“Si kembar, mereka berdua absen hari ini neneknya
meninggal” sambung Nindya. Ya.. sikembar, begitulah kami memanggil Aurel dan
Audy
“Pak Wiwit sudah datang belum?” tanyaku
“Kayaknya bentar lagi deh” jawab Sindi sambil
mengencangkan tali sepatunya
“Eh.. itu Pak Wiwit sudah datang” jelas Feby. Sontak
kamipun segera menghampiri Pak Wiwit
“Assalamu’alaikum Pak” sapa kami serentak
“Wa’alaikumsalam, Airin teman temanmu sudah lengkap?”
“Zahra belum datang Pak sepertinya dia terlambat, Aurel
dan Audy mereka berdua absen hari ini neneknya meninggal” jelas ku.
“Cck.. Zahra, tolong katakan pada dia lebih disiplinlah
dengan tim ini, 2 minggu lagi kita sudah kompetisi. Saya tidak mau tahu, ini
adalah yang terakhir kalinya saya mendengar kata terlambat dari kalian
mengerti!”
“Mengerti Pak” jawab kami serentak
“Yasudah, sekarang kalian pemanasan terlebih dahulu
seperti biasanya” perintah Pak Wiwit. Entah mengapa aku merasa bahwa ketidak
disiplinan Zahra ada sangkut pautnya denganku. Dahulu Zahra adalah anggota yang
sangat disiplin bahkan datang lebih awal untuk latihan itu sudah terbiasa
menjadi rutinitsnya tepi semenjak saat itu, semenjak aku menjadi kapten tim
basket putri di sekolah ini kedisiplinan Zahra menjadi menurun bahkan ia juga
jarang berlatih seperti dulu. Aku rasa Zahra benar-benar tak suka dengan
posisiku ini, tapi apa boleh buat, semua sudah terjadi
Latihan sore ini sangat melelahkan, Pak Wiwit menambah
porsi latihan untuk kami sepertinya dia masih kecewa dengan absennya Zahra
tanpa pemberitahuan hari ini.
“Airin...” terdengar seseorang memanggilku sontak aku
menoleh ke belakang dan ternyata itu Pak Wiwit
“Saya lupa untuk menyampaikan ini pada teman-teman mu
tadi. Tolong beritahu pada mereka besok sepulang sekolah kita ngumpul sebentar
di aula, ada suatu hal yang harus saya sampaikan”
“Oh iya baik Pak nanti saya kabarkan”
“Yasudah, makasih ya”
“Iya Pak sama-sama”
Keesokan harinya aku memulai aktivitas
seperti biasanya tetapi ada hal yang berbeda hari ini, Oh my God aku kesiangan. Bagaimana mungkin hal seperti ini bisa
terjadi
“Bundaaaaaaa......” teriakanku seakan memutar balik rumah
ini
“Apaan sih Rin?”
“Bunda kenapa aku dak dibangunin? Iiissh.. Bunda mah,
kesiangan nih”
“Salahmu, dari tadi bunda bangunin bilangya iya..iya.. eh
malah tidur lagi yasudah sana mandi”
Entah kenapa aku rasa Dewi Fortuna tak berpihak padaku di
pagi ini. Dengan langkah tergesa-gesa aku berangkat ke sekolah. Tak sengaja aku
bertemu dengan teman tim basket ku di lapangan, aku pun teringat dengan pesan
Pak Wiwit kemarin sore.
“Hai.. pagi guys!”
sapaku pada mereka dengan nafas terengah-engah
“Hai juga” balas Sovi
“Pagi juga Airin..” ucap Aurel dan Audy bersamaan dengan
senyum ceria mereka
“Tumben baru datang Rin, biasanya kan kamu yang paling
rajin datang ke sekolah lebih awal kenapa emang?” tanya Feby
“Pasti kesiangan” cibir Putri
“Hehe.. yap, bener banget. Oh iya guys kemaren Pak Wiwit
bilang ke aku katanya entar siang sepulang sekolah kita ngumpul bentar di aula
jangan lupa ya”
“What.. emang ngapain sih?” tanya Nindya
“Tauk dah.. tapi kayaknya penting banget deh. Oh iya
Zahra kemaren kok gak masuk latihan, emang kemana sih?”
“Suka suka gue dong Rin, yang paling di anggap pentng di
tim ini kan kamu bukan gue. So hadir
gak hadirya gue itu gak pentingkan? Yasudah” ucap Zahra dengan nada sinis lalu
melangkah pergi.
“Lah??? Dia kenapa sih??” tanya ku terheran-heran pada
yang lainnya.
“Sudahlah Rin tak usah terlalu difikirkan” jelas Sindi
padaku dan obrolan kami di pagi itu pun berakhir ketika bel masuk telah
berbunyi.
Sepulang sekolah kami berkumpul di aula.
Zahra yang awalnya aku kra tidak akan hadir ternyata dia hadir di pertemuan
kali ini. Sebenarnya sampai saat ini aku masih heran dengan sikap Zahra tak
biasanya dia begitu. Zahra yang awalnya ceria dan selalu care akhir-akhir ini
dia seperti.
“Assalamu’alaikum, sudah lengkap semua?” sambut Pak Wiwit
pada kami.
“Wa’alaikumsalam Pak” jawab kami serentak.
“Sudah lengkap Pak, sudah hadir semua” jelas ku pada Pak
Wiwit
“Oke.. tujuan pertemuan kali ini kita akan membahas
persiapan untuk kompetisi minggu depan. Saya harap kalian disiplin dan
benar-benar serius dengan kompetisi ini. Buktikan pada sekolah kalau tim basket
kita ini berkualitas. Kalian mengerti?”
“Mengerti Pak”
“Oh iya Zahra, ada yang ingin saya tanyakan ke kamu.
Kemarin sore kenapa kamu tidak latihan? Dan saya perhatikan akhir-akhir ini
kedisiplinanmu juga meurun. Tolong lebih serius ke tim basket ini anggap
pentinglah kompetisi di minggu depan. Kalau kamu memang benar-benar ada
masalah, kamu bisa bercerita pada kami semua”
“Hiks hiks hiks..” Zahra menangis. Aku sangat kaget
mendengar isak tangisan Zahra dan aku rasa bukan hanya aku saja yang terkejut
dengan hal ini semua teman teman ku dan Pak Wiwit pun merasakan hal yang sama
dengan ku. Ku coba memberanikan diri untuk bertanya pada Zahra.
“Zahra kamu kenapa? Kalau memang ada masalah se
enggaknya kamu bisa cerita ke kami”
Tiba-tiba saja Zahra memelukku
“Gue minta maaf Rin. Selama ini gue iri sama lo, gue iri
karna lo bisa jadi kapten basket. Tapi sekarang gue sadar kalau semua sikap gue selamana ini gak ada
gunanya. Gue minta maaf Rin, gue juga minta maaf ke kalian semua.”
“Tak apa Zahra, kami sudah memaafkanmu” ucap Sovi sambil
tersenyum.
Sungguh ini adalah hal yang cukup mengaharukan untukku.
Persahabatan yang indah, persahabatan yang sangat berkesan untukku.
Tak terasa waktu sangat cepat berlalu dan
besok adalah waktunya kompetisi besok adalah waktu bagi kami untuk membuktikan
semuanya dan besok pula adalah hari dimana bundaku tepat berumur 40 tahun. Doa
ku malam ini adalah sukses untuk kompetisi besok dan berhasil memberikan hadiah
terindah untuk bunda. Amiin...
Ku awali pagi ini dengan senyuman. Ku coba
bercermin dan meyakinkan diri ku sendiri.
“Semangat Airin, berikan yang terbaik, berikan kado
terindah di ulang tahun bundamu hari ini” aku berusaha untuk berkata optimis
pada diri ku sendiri.
Sesampai di sekolah aku terkejut dengan euphoria siswa SMA Kartini yang bersiap
siap mendukung tim basket kami. Di ruang ganti ku lihat semuanya sudah
berkumpul dan bersiap siap.
“Hai Airin..” sapa Zahra dengan senyum termanisnya,
senyum yang sudah lama tak kulihat darinya.
“Hai.. fighting!”
balasku.
Tiba tiba Pak Wiwit datang pada kami
“Pagi anak-anak.. sudah siap?”
“Siap Pak” ucap kami bersamaan.
Setelah berdoa bersama kami langsung menuju lapangan
sekolah. Sungguh disini sangat bergemuruh dengan teriakan “D’Ace.. D’Ace...”
yap itu adalah sebutan untuk tim kami. Tak pernah ku rasakan euphoria seperti ini sebelumnya. Lawan
kami cukup tangguh mereka, SMA Tunas Bangsa adalah rival tim basket sekolah
kami.
Wasit
sudah meniup peluitnya dan pertandingan pun dimulai. Pertandingan berlangsung
sangat seru.Sulit kuduga tim lawan benar-benar tangguh. Saat ini sudah memasuki
menit ke 30. Mereka sangat cepat merebut bola dari kami. Aku sebagai center
merasa cukup lelah. Sekarang skor menjadi 32-23 untuk SMA Tunas Bangsa. Tapi
tim kami terus berusaha mengejar ketertinggalan. Pertandingan pun mulai
memanas, kali ini Zahra dan Feby melakukan three-point
beruntun hingga skor menjadi 42-45. Sekarang bola di bawa oleh Putri, semua
pemain SMA Tunas Bangsa terfokus pada Putri, saat Putri ingin melakukan Three-point tim SMA Tunas Bangsa sudah bersiap
menghalau bola dari Putri tetapi Putri tidak melakukan Three-point melainkan umpan kebelakang kepada
Sovi. Sovipun men-drible bola dengan cepat kedepan ring dan bersiap
melakukan shoot, tim SMA Tunas Bangsapun bersiap
menghalau Sovi tetapi di bawah ring Zahra sudah siap melakukan lay-up. Sovi langsung mengumpan kepada Zahra,
karena tim SMA Tunas Bangsa terfokus kepada Sovi dan Putri, Zahra dengan mudah
melakukan lay-up dan memasukkan bola kedalam
ring. Semua pendukung tim D’Ace berteriak karena mereka sangat senang tim yang
mereka dukung dapat unggul dari tim SMA Tunas Bangsa dengan skor 42-47. Waktu
pertandingan tinggal satu menit lagi, sekarang giliran D’Ace yang bertahan.
Tetapi saat tim SMA Tunas Bangsa mulai menyerang, pertandingan sudah berakhir.
Pertandingan
telah usai dan kami pun saling berjabat tangan. Dan ini saatnya yang ditunggu
tunggu. Yap, penerimaan trophi ke atas podium. Kami semua naik ke atas podium
bersama-sama dan memberikan sedikit sambutan setelah menerima trophi kemenangan
itu dan ini lah sambutanku.
“Terimakasih untuk kerjasama kalian semua, terimakasih
untuk Pak Wiwit, untuk seluruh siswa SMA Kartini atas dukungan kalian yang luar
biasa dan kemenangan ini saya persembahkan untuk Bunda yang sedang berulang
tahun hari ini, semoga ini bisa menjadi kado terindah buat Bunda. Happy birth day Bunda I love you”
Terlihat Pak Wiwit mengacungkan kedua jempolnya pada kami
dan di sudut sana kulihat Bunda yang tersenyum penuh haru melihatku. Sungguh
ini adalah moment yang tak akan
pernah ku lupakan.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar