Kamis, 21 Mei 2015


Love Basket


Namaku Airin umurku 16 tahun. Saat ini aku duduk di bangku SMA kelas XI tepatnya di SMA Kartini. Aku merasa sangat beruntuntung berada di tengah keluarga yang berkecukupan dan sangat mendukungku, baik itu sekolahku, hobiku, masa depan yang aku inginkan dan mungkin segalanya demi kebaikanku. Hobiku bermain basket, ya.. entah kenapa aku tidak bisa lepas dengan hal yang satu ini. Bagiku basket adalah segalanya, aku merasa bangga menjadi kapten tim basket putri di SMA ku. Banyak kompetisi yang telah tim kami juarai tapi untuk kompetisi yang satu ini tim ku harus menang, kompetisi ini adalah pembuktian bagi diriku sendiri sebagai kapten baru karena aku harus membuktikan kepada mereka bahwa aku layak menjadi kapten basket putri di sekolah ini dan jika timku juara itu sangat keren karena kompetisi ini bertepatan dengan ulang tahun bundaku.
Bel sekolah telah berbunyi pertanda kegiatan belajar mengajar telah usai. Hari ini sangatlah melelahkan untukku ditambah lagi ekstrakurikuler basket latihan nanti sore ooh... entahlah. Kulangkahkan kakiku menuju rumah, rumah yang selalu memberiku kenyamanan lebih dari tempat manapun.
“Assalamu’alaikum..Bunda, Airin pulang, Bundaa..” yap, hanya bundalah yang satu-satunya aku miliki setelah ayah ku meninggal dua tahun yang lalu.
“Wa’alaikumsalam..bagaimana hari ini? Menyenangkan?” pertanyaan membosankan ini yang selalu kudapat setiap pulang sekolah, tapi aku senang dengan kebiasaan Bunda ang satu ini.
“Ya begitulah, melelahkan dan sangat sangat melahkan. Oh iya Bunda tanggal 14 Agustus nanti adalah final kompetisi basket se Provinsi, doakan aku bunda karena ini adalah kompetisi pertamaku sebagai tim basket,daaaaann...”
“Daan..? dan apa??” tanya Bunda penasaran
“Dan.. Airin laper Bunda hehe..” aku langsung bergegas masuk kedalam kamar dan makan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Dengan semangat ku langahkan kakiku ke sekolah. Untuk apa? Yap apalagi kalau bukan basket. Ku lihat di lapangan sekolah sudah ada Putri, Sovi, Feby, Sindi dan Nindya.
“Hai.. yang lainnya mana?” sapaku pada mereka
“Zahra masih di jalan” jawab Sovi
“Si kembar, mereka berdua absen hari ini neneknya meninggal” sambung Nindya. Ya.. sikembar, begitulah kami memanggil Aurel dan Audy
“Pak Wiwit sudah datang belum?” tanyaku
“Kayaknya bentar lagi deh” jawab Sindi sambil mengencangkan tali sepatunya
“Eh.. itu Pak Wiwit sudah datang” jelas Feby. Sontak kamipun segera menghampiri Pak Wiwit
“Assalamu’alaikum Pak” sapa kami serentak
“Wa’alaikumsalam, Airin teman temanmu sudah lengkap?”
“Zahra belum datang Pak sepertinya dia terlambat, Aurel dan Audy mereka berdua absen hari ini neneknya meninggal” jelas ku.
“Cck.. Zahra, tolong katakan pada dia lebih disiplinlah dengan tim ini, 2 minggu lagi kita sudah kompetisi. Saya tidak mau tahu, ini adalah yang terakhir kalinya saya mendengar kata terlambat dari kalian mengerti!”
“Mengerti Pak” jawab kami serentak
“Yasudah, sekarang kalian pemanasan terlebih dahulu seperti biasanya” perintah Pak Wiwit. Entah mengapa aku merasa bahwa ketidak disiplinan Zahra ada sangkut pautnya denganku. Dahulu Zahra adalah anggota yang sangat disiplin bahkan datang lebih awal untuk latihan itu sudah terbiasa menjadi rutinitsnya tepi semenjak saat itu, semenjak aku menjadi kapten tim basket putri di sekolah ini kedisiplinan Zahra menjadi menurun bahkan ia juga jarang berlatih seperti dulu. Aku rasa Zahra benar-benar tak suka dengan posisiku ini, tapi apa boleh buat, semua sudah terjadi
Latihan sore ini sangat melelahkan, Pak Wiwit menambah porsi latihan untuk kami sepertinya dia masih kecewa dengan absennya Zahra tanpa pemberitahuan hari ini.
“Airin...” terdengar seseorang memanggilku sontak aku menoleh ke belakang dan ternyata itu Pak Wiwit
“Saya lupa untuk menyampaikan ini pada teman-teman mu tadi. Tolong beritahu pada mereka besok sepulang sekolah kita ngumpul sebentar di aula, ada suatu hal yang harus saya sampaikan”
“Oh iya baik Pak nanti saya kabarkan”
“Yasudah, makasih ya”
“Iya Pak sama-sama”
Keesokan harinya aku memulai aktivitas seperti biasanya tetapi ada hal yang berbeda hari ini, Oh my God aku kesiangan. Bagaimana mungkin hal seperti ini bisa terjadi
“Bundaaaaaaa......” teriakanku seakan memutar balik rumah ini
“Apaan sih Rin?”
“Bunda kenapa aku dak dibangunin? Iiissh.. Bunda mah, kesiangan nih”
“Salahmu, dari tadi bunda bangunin bilangya iya..iya.. eh malah tidur lagi yasudah sana mandi”
Entah kenapa aku rasa Dewi Fortuna tak berpihak padaku di pagi ini. Dengan langkah tergesa-gesa aku berangkat ke sekolah. Tak sengaja aku bertemu dengan teman tim basket ku di lapangan, aku pun teringat dengan pesan Pak Wiwit kemarin sore.
“Hai.. pagi guys!” sapaku pada mereka dengan nafas terengah-engah
“Hai juga” balas Sovi
“Pagi juga Airin..” ucap Aurel dan Audy bersamaan dengan senyum ceria mereka
“Tumben baru datang Rin, biasanya kan kamu yang paling rajin datang ke sekolah lebih awal kenapa emang?” tanya Feby
“Pasti kesiangan” cibir Putri
“Hehe.. yap, bener banget. Oh iya guys kemaren Pak Wiwit bilang ke aku katanya entar siang sepulang sekolah kita ngumpul bentar di aula jangan lupa ya”
“What.. emang ngapain sih?” tanya Nindya
“Tauk dah.. tapi kayaknya penting banget deh. Oh iya Zahra kemaren kok gak masuk latihan, emang kemana sih?”
“Suka suka gue dong Rin, yang paling di anggap pentng di tim ini kan kamu bukan gue. So hadir gak hadirya gue itu gak pentingkan? Yasudah” ucap Zahra dengan nada sinis lalu melangkah pergi.
“Lah??? Dia kenapa sih??” tanya ku terheran-heran pada yang lainnya.
“Sudahlah Rin tak usah terlalu difikirkan” jelas Sindi padaku dan obrolan kami di pagi itu pun berakhir ketika bel masuk telah berbunyi.
Sepulang sekolah kami berkumpul di aula. Zahra yang awalnya aku kra tidak akan hadir ternyata dia hadir di pertemuan kali ini. Sebenarnya sampai saat ini aku masih heran dengan sikap Zahra tak biasanya dia begitu. Zahra yang awalnya ceria dan selalu care akhir-akhir ini dia seperti.
“Assalamu’alaikum, sudah lengkap semua?” sambut Pak Wiwit pada kami.
“Wa’alaikumsalam Pak” jawab kami serentak.
“Sudah lengkap Pak, sudah hadir semua” jelas ku pada Pak Wiwit
“Oke.. tujuan pertemuan kali ini kita akan membahas persiapan untuk kompetisi minggu depan. Saya harap kalian disiplin dan benar-benar serius dengan kompetisi ini. Buktikan pada sekolah kalau tim basket kita ini berkualitas. Kalian mengerti?”
“Mengerti Pak”
“Oh iya Zahra, ada yang ingin saya tanyakan ke kamu. Kemarin sore kenapa kamu tidak latihan? Dan saya perhatikan akhir-akhir ini kedisiplinanmu juga meurun. Tolong lebih serius ke tim basket ini anggap pentinglah kompetisi di minggu depan. Kalau kamu memang benar-benar ada masalah, kamu bisa bercerita pada kami semua”
“Hiks hiks hiks..” Zahra menangis. Aku sangat kaget mendengar isak tangisan Zahra dan aku rasa bukan hanya aku saja yang terkejut dengan hal ini semua teman teman ku dan Pak Wiwit pun merasakan hal yang sama dengan ku. Ku coba memberanikan diri untuk bertanya pada Zahra.
“Zahra kamu kenapa? Kalau memang ada masalah se enggaknya  kamu bisa cerita ke kami”
Tiba-tiba saja Zahra memelukku
“Gue minta maaf Rin. Selama ini gue iri sama lo, gue iri karna lo bisa jadi kapten basket. Tapi sekarang gue sadar  kalau semua sikap gue selamana ini gak ada gunanya. Gue minta maaf Rin, gue juga minta maaf ke kalian semua.”
“Tak apa Zahra, kami sudah memaafkanmu” ucap Sovi sambil tersenyum.
Sungguh ini adalah hal yang cukup mengaharukan untukku. Persahabatan yang indah, persahabatan yang sangat berkesan untukku.
Tak terasa waktu sangat cepat berlalu dan besok adalah waktunya kompetisi besok adalah waktu bagi kami untuk membuktikan semuanya dan besok pula adalah hari dimana bundaku tepat berumur 40 tahun. Doa ku malam ini adalah sukses untuk kompetisi besok dan berhasil memberikan hadiah terindah untuk bunda. Amiin...
Ku awali pagi ini dengan senyuman. Ku coba bercermin dan meyakinkan diri ku sendiri.
“Semangat Airin, berikan yang terbaik, berikan kado terindah di ulang tahun bundamu hari ini” aku berusaha untuk berkata optimis pada diri ku sendiri.

Sesampai di sekolah aku terkejut dengan euphoria siswa SMA Kartini yang bersiap siap mendukung tim basket kami. Di ruang ganti ku lihat semuanya sudah berkumpul dan bersiap siap.
“Hai Airin..” sapa Zahra dengan senyum termanisnya, senyum yang sudah lama tak kulihat darinya.
“Hai.. fighting!” balasku.
Tiba tiba Pak Wiwit datang pada kami
“Pagi anak-anak.. sudah siap?”
“Siap Pak” ucap kami bersamaan.
Setelah berdoa bersama kami langsung menuju lapangan sekolah. Sungguh disini sangat bergemuruh dengan teriakan “D’Ace.. D’Ace...” yap itu adalah sebutan untuk tim kami. Tak pernah ku rasakan euphoria seperti ini sebelumnya. Lawan kami cukup tangguh mereka, SMA Tunas Bangsa adalah rival tim basket sekolah kami.
            Wasit sudah meniup peluitnya dan pertandingan pun dimulai. Pertandingan berlangsung sangat seru.Sulit kuduga tim lawan benar-benar tangguh. Saat ini sudah memasuki menit ke 30. Mereka sangat cepat merebut bola dari kami. Aku sebagai center merasa cukup lelah. Sekarang skor menjadi 32-23 untuk SMA Tunas Bangsa. Tapi tim kami terus berusaha mengejar ketertinggalan. Pertandingan pun mulai memanas, kali ini Zahra dan Feby melakukan three-point beruntun hingga skor menjadi 42-45. Sekarang bola di bawa oleh Putri, semua pemain SMA Tunas Bangsa terfokus pada Putri, saat Putri ingin melakukan Three-point tim SMA Tunas Bangsa sudah bersiap menghalau bola dari Putri tetapi Putri tidak melakukan Three-point melainkan umpan kebelakang kepada Sovi. Sovipun men-drible bola dengan cepat kedepan ring dan bersiap melakukan shoot, tim SMA Tunas Bangsapun bersiap menghalau Sovi tetapi di bawah ring Zahra sudah siap melakukan lay-up. Sovi langsung mengumpan kepada Zahra, karena tim SMA Tunas Bangsa terfokus kepada Sovi dan Putri, Zahra dengan mudah melakukan lay-up dan memasukkan  bola kedalam ring. Semua pendukung tim D’Ace berteriak karena mereka sangat senang tim yang mereka dukung dapat unggul dari tim SMA Tunas Bangsa dengan skor 42-47. Waktu pertandingan tinggal satu menit lagi, sekarang giliran D’Ace yang bertahan. Tetapi saat tim SMA Tunas Bangsa mulai menyerang, pertandingan sudah berakhir.
            Pertandingan telah usai dan kami pun saling berjabat tangan. Dan ini saatnya yang ditunggu tunggu. Yap, penerimaan trophi ke atas podium. Kami semua naik ke atas podium bersama-sama dan memberikan sedikit sambutan setelah menerima trophi kemenangan itu dan ini lah sambutanku.
“Terimakasih untuk kerjasama kalian semua, terimakasih untuk Pak Wiwit, untuk seluruh siswa SMA Kartini atas dukungan kalian yang luar biasa dan kemenangan ini saya persembahkan untuk Bunda yang sedang berulang tahun hari ini, semoga ini bisa menjadi kado terindah buat Bunda. Happy birth day Bunda I love you
Terlihat Pak Wiwit mengacungkan kedua jempolnya pada kami dan di sudut sana kulihat Bunda yang tersenyum penuh haru melihatku. Sungguh ini adalah moment yang tak akan pernah ku lupakan.


The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar