Senin, 16 Maret 2015

RESENSI NOVEL "SURAT DARI ALEXANDRIA"


1.Judul                    : Surat Dari Alexandria
2.Pengarang          : Fera Andriani Djakfar
3.Penerbit               :Era Nofvis
4.Tebal Buku         : 134 halaman
5.Tema                    : Kerinduan Seorang Madam Amane pada putrinya Sherine
                                yang hanya mengirim  surat           
6.Tokoh Utama     : Evi
7.Alur                       : Maju
8.Latar                     :
*    Waktu        = Siang hari,sore hari
*    Tempat     = Apartemen,halte,ruang tamu,kamar depan
*      Suasana    = Menyedihkan,menyenangkan,mebosankan
9.Amanat                : Kita tidak boleh terus menerus terlarut dalam kesedihan
                          karena di tinggal seorang yang kita cintai,kita harus
                          bisa bangkit dari kesedihan itu
10.Jenis Konflik     : -Konflik antar tokoh Evi dan Inong : Inong selalu mencela       
                                  Evi bahwa Evi akan di jadikan menantu    Madam
                           Amane,     karena Evi selalu saja menerima tawaran
                            Madam Amane untuk membacakan surat dari putrinya
                         -Konflik batin Evi : Dia merasa bingung akan keberadaan
                            putri Madam Amane yang dia rasa putrinya tidak 
                            berada di Alexandria karena perangko surat yg dikirim   
                           olehnya bukan berasal dari Negara Alexandria
                           melainkan Mesir

Sinopsis/Ringkasan cerita

           Evi mengakhiri bacaan suratnya.Sepasang mata tua Madam Amane mengisyaratkan seberkas kekecewaan  karena bacaan  surat itu telah tuntas .Evi menawarkan dengan alasan imitasi sebab  kursus yang dia jadikan alasan untuk mengakhiri membaca surat baru akan dimulai pukul lima sore.Sekali lagi Evi membaca surat itudan dia benar-benar mengambil bagian terakhir saja.
           Berlagak seperti benar-benar terburu waktu,Evi  menaiki anak tangga dua-dua menuju apartemennya yang hanya berada satu tingkat di atas apartemen Madam Amane.Dibukanya pintu apartemen dengan pelan untuk menghindari celoteh ramai Inong yang menempati kamar depan.Tetapi Evi memilih jalan damai.Dia langsung menuju kamarnay melanjutkan penulisan makalah yang sempat terputus karena panggilan Madam Amane.
            Tak terasa waktu menunjukkan pukul empat sore.Dia harus segera bersiap-siap berangkat kursus.Evi dan Arin turun dari bis kota yang sesak ,di halte yang sesak pula.Setibanay di gedung tempat mereka tinggal ,Arin segera menelusuri tangga menuju apartemen mereka di lantai dua,berbeda dengan Evi yang masih menyempatkan diri memeriksa kotak-kotak surat yang mirip etalase mungil di lantai dasar.
            Sebuah surat tebal di tujukan untuk Madam Amane.Evi pasti bias menebak pasti dari Sherine,dan ketika ia lihat nama dan alamat pengirim,tidak salah lagi.Rupanya Sherine selalu menepati janji untuk selalu mengirim surat pada ibunya.
               Di brikan nya surat itu kepada Madam Amane,dan seperti biasa,wanita tua itu meminta tolong salah seorang diantara mereka untuk membacakan surat itu selepas makan siang.Kali ini giliran Arin,karena Evi harus konsentrasi mempersiapkan diri untuk presentasi dalam kajian antar fakultas nanti.
              Madam Amane memandangi surat itu lekat-lekat sambil mengernyitkaan dahi.Dia mengukur dan mencari jarak yang tepat antara mata dan objek yang di bicarakannya.Dua mahasiswa,Arin dan Evi yang sama super sok sibuk itu tersenyum malu.Rupanya Madam Amane sudah hafal alasan mereka untuk menghindar kalau minta di temani.Namun,hal tersebut tidak membuat suasana sore terasa kaku.Obrolan mereka bertiga terasa hangat,sehangat the lemon yang kini isinya tinggal setinggi satu senti saja dari dasar cangkir.
             Silaturahmi sore itu di akhiri dengan pembacaan surat terbaru Sherine oleh Inong.Evi senang sekali ternyata kawannya bias akeab dengan Madam Amane.
              Keesokan harinya mereka bertiga,Evi,Erin,dan Inong kerumah Madam Amane.Wanita tua itu membuka pintu dan menyambut mereka dengan tanpa ekspresi.Erin pun menyambung sehingga suasana aprtemen itu benar-benar ramai.Madam Amane kini sudah ceria kembali.Dia ikut tertawa lepas melihat tingkah konyol Evi dan kawan-kawan.

               Sejak  sore itu bayanga Sherine mulai melambai lambai menjauhinya.Sebuah perpisahan tanpa air mata.Dia telah memiliki Sherine-Sherine yang lain.


Resensator : Humayiroh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar