RESENSI NOVEL "SURAT DARI ALEXANDRIA"
1.Judul : Surat Dari Alexandria
2.Pengarang : Fera
Andriani Djakfar
3.Penerbit :Era Nofvis
4.Tebal Buku
:
134 halaman
5.Tema
:
Kerinduan Seorang Madam Amane
pada putrinya Sherine
yang hanya mengirim
surat
6.Tokoh Utama
:
Evi
7.Alur
:
Maju
8.Latar
:
Waktu = Siang
hari,sore hari
Tempat = Apartemen,halte,ruang
tamu,kamar depan
Suasana = Menyedihkan,menyenangkan,mebosankan
9.Amanat
:
Kita tidak boleh terus menerus
terlarut dalam kesedihan
karena di tinggal seorang yang kita
cintai,kita harus
bisa bangkit dari kesedihan itu
10.Jenis Konflik : -Konflik antar tokoh
Evi dan Inong : Inong selalu
mencela
Evi bahwa Evi
akan di jadikan menantu Madam
Amane,
karena Evi selalu saja menerima tawaran
Madam Amane untuk membacakan
surat dari putrinya
-Konflik batin
Evi : Dia merasa bingung akan keberadaan
putri Madam Amane
yang dia rasa putrinya tidak
berada di Alexandria
karena perangko surat yg dikirim
olehnya bukan
berasal dari Negara Alexandria
melainkan Mesir
Sinopsis/Ringkasan
cerita
Evi
mengakhiri bacaan suratnya.Sepasang mata tua Madam Amane mengisyaratkan
seberkas kekecewaan karena bacaan surat itu telah tuntas .Evi menawarkan dengan
alasan imitasi sebab kursus yang dia
jadikan alasan untuk mengakhiri membaca surat baru akan dimulai pukul lima
sore.Sekali lagi Evi membaca surat itudan dia benar-benar mengambil bagian
terakhir saja.
Berlagak seperti benar-benar terburu
waktu,Evi menaiki anak tangga dua-dua
menuju apartemennya yang hanya berada satu tingkat di atas apartemen Madam
Amane.Dibukanya pintu apartemen dengan pelan untuk menghindari celoteh ramai
Inong yang menempati kamar depan.Tetapi Evi memilih jalan damai.Dia langsung
menuju kamarnay melanjutkan penulisan makalah yang sempat terputus karena
panggilan Madam Amane.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul
empat sore.Dia harus segera bersiap-siap berangkat kursus.Evi dan Arin turun
dari bis kota yang sesak ,di halte yang sesak pula.Setibanay di gedung tempat
mereka tinggal ,Arin segera menelusuri tangga menuju apartemen mereka di lantai
dua,berbeda dengan Evi yang masih menyempatkan diri memeriksa kotak-kotak surat
yang mirip etalase mungil di lantai dasar.
Sebuah surat tebal di tujukan untuk
Madam Amane.Evi pasti bias menebak pasti dari Sherine,dan ketika ia lihat nama
dan alamat pengirim,tidak salah lagi.Rupanya Sherine selalu menepati janji
untuk selalu mengirim surat pada ibunya.
Di brikan nya surat itu kepada
Madam Amane,dan seperti biasa,wanita tua itu meminta tolong salah seorang
diantara mereka untuk membacakan surat itu selepas makan siang.Kali ini giliran
Arin,karena Evi harus konsentrasi mempersiapkan diri untuk presentasi dalam
kajian antar fakultas nanti.
Madam Amane memandangi surat itu
lekat-lekat sambil mengernyitkaan dahi.Dia mengukur dan mencari jarak yang
tepat antara mata dan objek yang di bicarakannya.Dua mahasiswa,Arin dan Evi
yang sama super sok sibuk itu tersenyum malu.Rupanya Madam Amane sudah hafal
alasan mereka untuk menghindar kalau minta di temani.Namun,hal tersebut tidak
membuat suasana sore terasa kaku.Obrolan mereka bertiga terasa hangat,sehangat
the lemon yang kini isinya tinggal setinggi satu senti saja dari dasar cangkir.
Silaturahmi sore itu di akhiri dengan
pembacaan surat terbaru Sherine oleh Inong.Evi senang sekali ternyata kawannya
bias akeab dengan Madam Amane.
Keesokan harinya mereka
bertiga,Evi,Erin,dan Inong kerumah Madam Amane.Wanita tua itu membuka pintu dan
menyambut mereka dengan tanpa ekspresi.Erin pun menyambung sehingga suasana
aprtemen itu benar-benar ramai.Madam Amane kini sudah ceria kembali.Dia ikut
tertawa lepas melihat tingkah konyol Evi dan kawan-kawan.
Sejak sore itu bayanga Sherine mulai melambai
lambai menjauhinya.Sebuah perpisahan tanpa air mata.Dia telah memiliki
Sherine-Sherine yang lain.
Resensator : Humayiroh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar