Senin, 16 Maret 2015

RESENSI NOVEL "EUROPE AND SMILE"


Identitas Buku
Judul                   : Europe and smile
Tahun terbit      : 2013
Penulis               : Cenia Moniza
Penerbit             : PT Mizan Pustaka
Ketebalan          : 172 halaman


MENCARI KEBAHAGIAAN YANG TERSELIP DI BELAHAN BUMI YANG LAIN
                    Rosalinda Ilona,biasa di panggil Rossie adalah gadis remaja berumur tiga belas tahun. Dia sedang berada di tengah pusaran kegalauan. Mamanya memintanya untuk pindah ke Jerman dan tinggal bersama Bibi Fatma. Perasaan kecewa, marah dan sedih sedang berkecamuk di dalam batinnya dia harus berpisah dengan kedua orang tuanya dan tentu saja dengan sahabat karibnya juga, Marchsha. Hari yang tidak di harapkan oleh Rossie pun terjadi,dia harus segera berangkat ke Jerman dan perpisahan yang entah sifatnya sementara atau tidakpun itu terjadi.
                 Dia tidak tahu dan tidak mau tahu. Selama delapan belas jam perjalanan Rossie hanya tidur,makan , nonton film,dan mendengarkan musik. Keesokan pagi, pukul delapan Rossie sudah sampai di Berlin, tepatnya di bandara Schonfeld. Tiba-tiba, seseoang menarik lengannya, ya Bibi Fatma. Wanita itu menyambut Rossie dengan senang dan langsung saja ia memperkenalkan Rossie kepada suaminya,Turkin. Karena Rossie belum bisa berbahasa Jerman dengan lancar, jadi dia berbicara dengan Paman Turkin menggunakan bahasa Inggris. Sesampainya di rumah Bibi Fatma, Rossie melihat seorang anak laki-laki yang sedang bermain video game. Setelah Rossie bertanya kepada Bibi Fatma, ternyata anak laki-laki itu adalah anaknya,Sabaz Nicolai Turkin. Cukup ramah pikir Rossie. Tidak hanya itu, Rossie juga diberi hadiah sebuah sepeda baru oleh Bibi Fatma dan Paman Turkin. Keesokan harinya karena hari Minggu, Sabaz mengajak Rossie untuk bersepeda mengelilingi kota. Ditengah perjalanan, Sabaz bertemu dengan teman-temannya,Maurice Fleischer, Malika Kaugummi, dan Nazim Unstundag. Langsung saja ia memperkenalkan Rossie kepada teman-temannya itu.
                Keesokan harinya,Bibi Fatma menghampiri Rossie dan Sabaz. Beliau mengajak mereka ke Verona, Itali untuk bertemu dengan temannya. Setelah mandi dan sholat subuh mereka pun berangkat. Di dalam pesawat Rossie bercerita banyak hal dengan Sabaz. Sabaz bercerita tentang teman-temannya di sekolah,begitulah keakraban yang terjadi diantara mereka hingga akhirnya sampai di bandara. Bibi fatma mengajak mereka ke Colosseum. Alangkah senang hati Rossie,dia dan Sabaz memberanikan diri masuk ke Colosseum karena konon katanya banyak korban eksekusi berjatuhan disini. Setelah keluar dari Colosseum mereka menuju kafe untuk bertemu dengan sahabat Bibi Fatma,Fasielo Marzocchi. Tiba-tiba saja kepala Rossie sakit,dia bisa membaca pikiran Michele, anak dari Fasielo Marzocchi. Michele berkata bahwa ia ingin cepat-cepat pulang karena ia harus pergi ke acara ulang tahun Allano Maritano. Rossie langsung saja mengutarakan pikirannya itu kepada Michele. Sontak Michele langsung kaget mendengarnya, bagaimana mungkin Rossie bisa membaca pikirannya itu. Usai sudah petualangan Rossie di Verona. Setelah membeli cinderamata, esoknya mereka bertolak dari Bandara Leonardo da Vinci menuju Berlin.
               Hari ini adalah hari pertama Rossie di Gymnasium Ossietzky ,sekolah barunya di Berlin tepatnya sekolah Sabaz juga bedanya Sabaz masih duduk di bangku kelas 7 sedang Rossie langsung kelas 9 karena melanjutkan sekolahnya di Idonesia. Setelah sarapan, dia berangkat ke sekolah bersama Sabaz dengan bersepeda. Hari pertama bersekolah membuat Rossie sangat gugup apalagi dia belum fasih berbahasa Jerman dan Sabaz yang langsung pergi begitu saja meninggalkan Rossie membuat dia semakin canggung dan tak tahu bagaimana cara bersikap. Rossie kebingungan mencari ruang kelasnya, 9A. Dia mencoba bertanya kepada salah seorang siswi disana tapi apalah hasilnya, ucapan Rossie terkesan aneh dan membingungkan di mata siswi itu. Lagi-lagi Rossie berusaha membaca pikiran siswi cantik itu, dia bertanya-tanya siapa sih dia? Asing dan untuk apa aku peduli padanya? Perempuan itu langsung meninggalka Rossie begitu saja. Tiba-tiba saja seorang wanita cantik,mungkin seumuran dengan Rossie menyapa dan mau membantu mencari ruang kelasnya,namanya Sascha. Tak disangka ternyata dia adalah teman sekelas Rossie. Sascha sangat ramah dan mau membantu Rossie beradaptasi dengan dunia barunya, dari Sascha juga Rossie tahu kalau nama siswi cantik yang ia baca pikirannya tadi pagi itu namanya Busra Lombardi. Saat jam istirahat Sascha mengajak Rossie ke kantin. Seorang siswa laki-laki berjalan melewati mereka,namanya Matthias Sanchez Rodriguez, menurut Sascha dia adalah murid terpintar dan terunggul di sekolah.
                    Sudah lebih dari dua bulan Rossie berada di sekolah ini. Dia sudah lancar berbahasa Jerman,memiliki banyak teman, Selin,Sascha, Phillipp, Sebastian, Busra dan Mathias adalah teman dekat sekelasnya. Rossie sudah berubah menjad pribadi yang mudah bergaul dan sangat care kepada teman-temannya. Dia mampu membantu menyelesaikan masalah Mathias dan mampu mengubah kepribadian buruknya yang introvert menjadi pribadi yang supel. Bahkan dia juga menjadi sangat dekat dengan Busra, wanita yang awalnya menganggap acuh Rossie, itu semua karena Rossie dapat membantu menyelesaikan masalah yang teman-temannya hadapi.
Hingga akhirnya Rossie sampai juga di Bulan Ramadhan. Menjalani ibadah puasa yang berbeda pada saat ada di Indonesia. Menghadapi Hari Raya tanpa gmuruh suara takbir di malam hari. Namun ia sangat bersyukur masih ada Bibi Fatma, Paman Turkin dan Sabaz yang memberi kepingan kebahagiaan di relung hatinya
                   Musim panas berlalu begitu cepat dan tibalah musim gugur. Tiga belas Oktober, hari ini Rossie berulang tahun yng ke empat belas, tapi dia merasa tidak ada seorangpun yang ingat tentang hari itu. Semua orang rumah berrsikap sangat dingin padanya. Di sekolahpun demikian, semua temannya tidak ada yang perduli padanya padahal ia sangat mendambakan ada hal yang spesial di hari ulang tahunnya kali ini. Tapi apalah dikata,sungguh di luar dugaan Rossie. Sesampainya di rumah alangkah kagetnya ia. Rossie mendapat kejutan dari Bib Fatma, Paman Turkin, Sabaz dan semua teman dekat di kelasnya. Alangkah bahagia hati Rossie saat itu.
                  Liburan musim dingin telah tiba. Rossie menyambutnya dengan antusias. Sebagai anak tropis tak ada yang diharapkan Rossie selain salju. Apalagi mathias mengajak ia dan teman-temannya erlibur ke Paris. Betapa senangnya hati Rossie mendengar berita itu. Mengisi liburan di musim dingin dengan berpetualang di Paris bersama teman-temannya adalah hal yang paling istimewa bagi Rossie. Menjelajah seluk beluk keindahan Paris. Menikmati indahnya menara eiffel di malam hari. Dan tntu saja ini adalah surga belanja bagi pecinta fashion seperti Busra.
                 Banyak hal yang Rossie alami selama di Eropa. Senang, sedih, kecewa, sampai kekuatan spiritual yang terkadang dia alami. Rossie benar-benar beruntung karena hal yag emula ia anggap bencana, kini menjadi sesuatu yang berharga. Dan kini Rossie sudah lulus dari sekolah Gymnasium Ossietzky dan Mamanya juga menelpon Bibi Fatma bawa masalah keluarganya sudah selesai, jadi Rossie harus segera kembali ke Indonesia
                Bye... bye... Berlin. Rossie menghela napas berkali-kali. Esok ia akan diantar menuju bandara bersama kawan-kawan, Sabaz, Bibi dan Pamannya. Perasaannya bercampur aduk antara senang dan sedih. Senang karena akan kembali ke pangkuan orang tuanya, sedih karena harus berpisah dengan orang-orang yang sudah memberikan keping kebahagiaan selama dia ada di Eropa. Tepat pukul sepuluh pagi Rossie sudah berpijak di Indonesia. Rossie tersenyum penuh haru mmenyabut kedatangn orang tuanya. Sesampainya di rumah,dia langsung beristirahat dan kembali menikmati suasana rumah, Indonesia dan kehangatan sebuah keluarga yang sudah satu tahun lamanya ia rindukan.
               Seminggu sudah Rossie ada di Indonesia. Memenuhi aktivitas liburan dengan biasa, biasa, dan biasa. Dia mencoba membuka akun emailnya, terlihat banyak sekali pesan yang masuk dari sahabat-sahabatnya di Berlin termasuk Sabaz, ia memberi tawaran kepada Rossie untuk melanjutkan SMA di Berlin saja. Setelah membaca email itu Rossie sudah memutuskan bahwa ia akan melanjutkan SMA nya di Berlin. Rossie mencoba mengutarakan keputusan itu kepada Mama dan Papanya. Rossie sangat bersyukur karena orang tuanya langsung menyetujui keputusan Rossie itu. Rossie memeluk Mama dan Papanya dengan bahagia karena akhirnya dia akan kembali lagi ke Jerman.
              Novel kedua karya Cenia Moniza yang berjudul Europe and Smile ini memiliki kelebihan diantaranya dari segi tata kalimat yang padu sehingga mudah dipahami. Kalimat yang terdapat di novel ini pun  sangat mudah untuk dipahami. Meskipun banyak terdapat bahasa asing tetapi tidak akan mengurangi minat pembaca untuk membaca novel ini karena selalu ada terjemahan di setiap kata asing yang ada. Covernya cukup menarik, warna dan gambar latarnya bagus. Novel ini sangat cocok dibaca oleh kaum remaja karena mengisahkan petualangan yang berisi pengalaman-pengalaman mengesankan dan kaya akan nilai-nilai moral. Amanat yang terdapat di novel ini adalah jika kalian merasa tidak bahagia, carilah kepingan kebhagiaan di suatu tempat, karena mungkin kebahagiaanmu terselip di suatu tempat di belahan bumi ini.
             Cenia moniza yang masih berusia delapan belas tahun yang masih duduk di bangku SMA ini sudah berhasil menyelesaikan novel keduanya yang berjudul “Europe and Smile” ini dengan baik, walaupun memiliki kekurangan. Novel ini hanya mengisahkan petualangan seorang gadis remaja dalam mencari kebahagiaannya, tidak adanya sentuhan yang berarti dalam cerita karena novel remaja identik dengan cinta dan romansa.
                      
                                                                                                                                                               

    Resensator : Humayiroh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar