RESENSI NOVEL "EUROPE AND SMILE"
Identitas Buku
Judul : Europe and smile
Tahun
terbit : 2013
Penulis : Cenia Moniza
Penerbit : PT Mizan Pustaka
Ketebalan : 172 halaman
MENCARI
KEBAHAGIAAN YANG TERSELIP DI BELAHAN BUMI YANG LAIN
Rosalinda Ilona,biasa di
panggil Rossie adalah gadis remaja berumur tiga belas tahun. Dia sedang berada
di tengah pusaran kegalauan. Mamanya memintanya untuk pindah ke Jerman dan
tinggal bersama Bibi Fatma. Perasaan kecewa, marah dan sedih sedang berkecamuk
di dalam batinnya dia harus berpisah dengan kedua orang tuanya dan tentu saja
dengan sahabat karibnya juga, Marchsha. Hari yang tidak di harapkan oleh Rossie
pun terjadi,dia harus segera berangkat ke Jerman dan perpisahan yang entah
sifatnya sementara atau tidakpun itu terjadi.
Dia tidak tahu dan tidak mau
tahu. Selama delapan belas jam perjalanan Rossie hanya tidur,makan , nonton
film,dan mendengarkan musik. Keesokan pagi, pukul delapan Rossie sudah sampai
di Berlin, tepatnya di bandara Schonfeld. Tiba-tiba, seseoang menarik
lengannya, ya Bibi Fatma. Wanita itu menyambut Rossie dengan senang dan
langsung saja ia memperkenalkan Rossie kepada suaminya,Turkin. Karena Rossie belum
bisa berbahasa Jerman dengan lancar, jadi dia berbicara dengan Paman Turkin
menggunakan bahasa Inggris. Sesampainya di rumah Bibi Fatma, Rossie melihat
seorang anak laki-laki yang sedang bermain video game. Setelah Rossie bertanya
kepada Bibi Fatma, ternyata anak laki-laki itu adalah anaknya,Sabaz Nicolai
Turkin. Cukup ramah pikir Rossie. Tidak hanya itu, Rossie juga diberi hadiah
sebuah sepeda baru oleh Bibi Fatma dan Paman Turkin. Keesokan harinya karena
hari Minggu, Sabaz mengajak Rossie untuk bersepeda mengelilingi kota. Ditengah
perjalanan, Sabaz bertemu dengan teman-temannya,Maurice Fleischer, Malika
Kaugummi, dan Nazim Unstundag. Langsung saja ia memperkenalkan Rossie kepada
teman-temannya itu.
Keesokan harinya,Bibi Fatma
menghampiri Rossie dan Sabaz. Beliau mengajak mereka ke Verona, Itali untuk
bertemu dengan temannya. Setelah mandi dan sholat subuh mereka pun berangkat.
Di dalam pesawat Rossie bercerita banyak hal dengan Sabaz. Sabaz bercerita
tentang teman-temannya di sekolah,begitulah keakraban yang terjadi diantara
mereka hingga akhirnya sampai di bandara. Bibi fatma mengajak mereka ke
Colosseum. Alangkah senang hati Rossie,dia dan Sabaz memberanikan diri masuk ke
Colosseum karena konon katanya banyak korban eksekusi berjatuhan disini.
Setelah keluar dari Colosseum mereka menuju kafe untuk bertemu dengan sahabat
Bibi Fatma,Fasielo Marzocchi. Tiba-tiba saja kepala Rossie sakit,dia bisa
membaca pikiran Michele, anak dari Fasielo Marzocchi. Michele berkata bahwa ia
ingin cepat-cepat pulang karena ia harus pergi ke acara ulang tahun Allano
Maritano. Rossie langsung saja mengutarakan pikirannya itu kepada Michele.
Sontak Michele langsung kaget mendengarnya, bagaimana mungkin Rossie bisa
membaca pikirannya itu. Usai sudah petualangan Rossie di Verona. Setelah
membeli cinderamata, esoknya mereka bertolak dari Bandara Leonardo da Vinci
menuju Berlin.
Hari ini adalah hari pertama
Rossie di Gymnasium Ossietzky ,sekolah
barunya di Berlin tepatnya sekolah Sabaz juga bedanya Sabaz masih duduk di
bangku kelas 7 sedang Rossie langsung kelas 9 karena melanjutkan sekolahnya di
Idonesia. Setelah sarapan, dia berangkat ke sekolah bersama Sabaz dengan
bersepeda. Hari pertama bersekolah membuat Rossie sangat gugup apalagi dia
belum fasih berbahasa Jerman dan Sabaz yang langsung pergi begitu saja
meninggalkan Rossie membuat dia semakin canggung dan tak tahu bagaimana cara
bersikap. Rossie kebingungan mencari ruang kelasnya, 9A. Dia mencoba bertanya
kepada salah seorang siswi disana tapi apalah hasilnya, ucapan Rossie terkesan
aneh dan membingungkan di mata siswi itu. Lagi-lagi Rossie berusaha membaca
pikiran siswi cantik itu, dia bertanya-tanya siapa sih dia? Asing dan untuk apa
aku peduli padanya? Perempuan itu langsung meninggalka Rossie begitu saja.
Tiba-tiba saja seorang wanita cantik,mungkin seumuran dengan Rossie menyapa dan
mau membantu mencari ruang kelasnya,namanya Sascha. Tak disangka ternyata dia
adalah teman sekelas Rossie. Sascha sangat ramah dan mau membantu Rossie
beradaptasi dengan dunia barunya, dari Sascha juga Rossie tahu kalau nama siswi
cantik yang ia baca pikirannya tadi pagi itu namanya Busra Lombardi. Saat jam
istirahat Sascha mengajak Rossie ke kantin. Seorang siswa laki-laki berjalan
melewati mereka,namanya Matthias Sanchez Rodriguez, menurut Sascha dia adalah
murid terpintar dan terunggul di sekolah.
Sudah lebih dari dua bulan
Rossie berada di sekolah ini. Dia sudah lancar berbahasa Jerman,memiliki banyak
teman, Selin,Sascha, Phillipp, Sebastian, Busra dan Mathias adalah teman dekat
sekelasnya. Rossie sudah berubah menjad pribadi yang mudah bergaul dan sangat
care kepada teman-temannya. Dia mampu membantu menyelesaikan masalah Mathias
dan mampu mengubah kepribadian buruknya yang introvert menjadi pribadi yang
supel. Bahkan dia juga menjadi sangat dekat dengan Busra, wanita yang awalnya
menganggap acuh Rossie, itu semua karena Rossie dapat membantu menyelesaikan
masalah yang teman-temannya hadapi.
Hingga akhirnya
Rossie sampai juga di Bulan Ramadhan. Menjalani ibadah puasa yang berbeda pada
saat ada di Indonesia. Menghadapi Hari Raya tanpa gmuruh suara takbir di malam
hari. Namun ia sangat bersyukur masih ada Bibi Fatma, Paman Turkin dan Sabaz
yang memberi kepingan kebahagiaan di relung hatinya
Musim panas berlalu begitu cepat
dan tibalah musim gugur. Tiga belas Oktober, hari ini Rossie berulang tahun yng
ke empat belas, tapi dia merasa tidak ada seorangpun yang ingat tentang hari
itu. Semua orang rumah berrsikap sangat dingin padanya. Di sekolahpun demikian,
semua temannya tidak ada yang perduli padanya padahal ia sangat mendambakan ada
hal yang spesial di hari ulang tahunnya kali ini. Tapi apalah dikata,sungguh di
luar dugaan Rossie. Sesampainya di rumah alangkah kagetnya ia. Rossie mendapat
kejutan dari Bib Fatma, Paman Turkin, Sabaz dan semua teman dekat di kelasnya.
Alangkah bahagia hati Rossie saat itu.
Liburan musim dingin telah tiba. Rossie
menyambutnya dengan antusias. Sebagai anak tropis tak ada yang diharapkan
Rossie selain salju. Apalagi mathias mengajak ia dan teman-temannya erlibur ke
Paris. Betapa senangnya hati Rossie mendengar berita itu. Mengisi liburan di
musim dingin dengan berpetualang di Paris bersama teman-temannya adalah hal
yang paling istimewa bagi Rossie. Menjelajah seluk beluk keindahan Paris.
Menikmati indahnya menara eiffel di malam hari. Dan tntu saja ini adalah surga
belanja bagi pecinta fashion seperti Busra.
Banyak hal yang Rossie alami
selama di Eropa. Senang, sedih, kecewa, sampai kekuatan spiritual yang
terkadang dia alami. Rossie benar-benar beruntung karena hal yag emula ia
anggap bencana, kini menjadi sesuatu yang berharga. Dan kini Rossie sudah lulus
dari sekolah Gymnasium Ossietzky dan
Mamanya juga menelpon Bibi Fatma bawa masalah keluarganya sudah selesai, jadi
Rossie harus segera kembali ke Indonesia
Bye... bye... Berlin. Rossie
menghela napas berkali-kali. Esok ia akan diantar menuju bandara bersama
kawan-kawan, Sabaz, Bibi dan Pamannya. Perasaannya bercampur aduk antara senang
dan sedih. Senang karena akan kembali ke pangkuan orang tuanya, sedih karena
harus berpisah dengan orang-orang yang sudah memberikan keping kebahagiaan
selama dia ada di Eropa. Tepat pukul sepuluh pagi Rossie sudah berpijak di
Indonesia. Rossie tersenyum penuh haru mmenyabut kedatangn orang tuanya.
Sesampainya di rumah,dia langsung beristirahat dan kembali menikmati suasana
rumah, Indonesia dan kehangatan sebuah keluarga yang sudah satu tahun lamanya
ia rindukan.
Seminggu sudah Rossie ada di Indonesia.
Memenuhi aktivitas liburan dengan biasa, biasa, dan biasa. Dia mencoba membuka
akun emailnya, terlihat banyak sekali pesan yang masuk dari sahabat-sahabatnya
di Berlin termasuk Sabaz, ia memberi tawaran kepada Rossie untuk melanjutkan
SMA di Berlin saja. Setelah membaca email itu Rossie sudah memutuskan bahwa ia
akan melanjutkan SMA nya di Berlin. Rossie mencoba mengutarakan keputusan itu
kepada Mama dan Papanya. Rossie sangat bersyukur karena orang tuanya langsung
menyetujui keputusan Rossie itu. Rossie memeluk Mama dan Papanya dengan bahagia
karena akhirnya dia akan kembali lagi ke Jerman.
Novel kedua karya Cenia Moniza yang berjudul
Europe and Smile ini memiliki kelebihan diantaranya dari segi tata kalimat yang
padu sehingga mudah dipahami. Kalimat yang terdapat di novel ini pun sangat mudah untuk dipahami. Meskipun banyak
terdapat bahasa asing tetapi tidak akan mengurangi minat pembaca untuk membaca
novel ini karena selalu ada terjemahan di setiap kata asing yang ada. Covernya
cukup menarik, warna dan gambar latarnya bagus. Novel ini sangat cocok dibaca
oleh kaum remaja karena mengisahkan petualangan yang berisi
pengalaman-pengalaman mengesankan dan kaya akan nilai-nilai moral. Amanat yang
terdapat di novel ini adalah jika kalian merasa tidak bahagia, carilah kepingan
kebhagiaan di suatu tempat, karena mungkin kebahagiaanmu terselip di suatu
tempat di belahan bumi ini.
Cenia moniza yang masih berusia delapan
belas tahun yang masih duduk di bangku SMA ini sudah berhasil menyelesaikan
novel keduanya yang berjudul “Europe and Smile” ini dengan baik, walaupun memiliki
kekurangan. Novel ini hanya mengisahkan petualangan seorang gadis remaja dalam
mencari kebahagiaannya, tidak adanya sentuhan yang berarti dalam cerita karena
novel remaja identik dengan cinta dan romansa.
Resensator : Humayiroh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar